Dulu di awal-awal kita mendapat murobbi yaang sangat perhatian..

Peran nya sebagai orang tua sangat terasa,

Kita terus diperhatikan, kebutuhan kita, perasaan kita, keadaan kita hari ini, baik keadaan hati maupun ibadah kita..

Sering kita diingatkan untuk ibadah-ibadah sunnah, seperti sholat sunnah tahajut dan dhuha, setiap malam senin kamis kita diingatkan untuk selalu berpuasa,

Bahkan masalah hati kita pun murobbi kita tau bagaimana ...

Apakah sedang normal, atau sedang kenak virus, seperti banyak nya virus yang hinggap saat ini,,

Murobbi sebagai seorang teman dulu nya, setiap hari selalu penuh dengan candaan dan senyuman sehingga amanah-amanah dakwah ini terasa di pompa terus,

Dulu kita masih kader-kader baru kata nya, jadi wajar punya murobbi yang perhatian dan sangat sayang, jadi kalau dah jadi kader dewasa???

Sekarang sosok ayah, sahabat dan teman sehati itupun tidak lagi dijumpai..

Dulu nya bahasan-bahasan dalam halaqoh kita sangat menarik dan lebih berfokus pada ibadah, yang tentu nya ruhiyah dan ghiroh semakn naik agar lebih dekat lagi pada ALLAH ,,

Sekarang sangat sedikit yang mengarah kesana..

Bagaimana kondisi kita saat ini??

Apakah masih seperti dulu atau??

Apakah masih dekat dengan ALLAH??

Jangan-jangan lagi terkena VMJ, mana tau murobbi kita...

Sekolah murobbi yang kita ikuti mengatakan bahwa peran sebagai murobbi itu sangat lah sulit, karena kita harus bisa menyentuh hati binaan sehingga binaan bisa kita arahkan dengan baik,

Sejauh mana mutarobbi mau curhat sama kita, sejauh itulah rasa cinta nya pada kita selaku murobbi,

Jangan kan mau curhat, pas khobar aja sekarang aku gak mau cerita apa-apa. aku Cuma ngabarkan khobar diriku sendiri,,,

Murobbi dulu nya sering berkunjung kerumah-rumah kita, tidak hanya sekali semingu, tetapi pas waktu luang, pas kita sakit, bahkan tak disangka-sangka kedatangan nya, karena ingin tau nya dia keadaan kita, sekarang??? Tahu pun murobbi kita, kita tinggal nya dimana??

Sebenar diri ini rentan, iman itu selalu naik dan turun, selaku murobbi disitulah kita masuk untuk menettralkan hati agar iman terus bertahan..

Kata nya semakin tinggi tingkatan, kita lah yang mendatangi murobbi kita, kita yang butuh murobbi, kita yang mencari nya..

Nah itu tadi, iya kalau kita seorang kader militan, tapi tidak semua dari kita yang militan,

Apa lagi kita orang yang cuek, kalau gak dihubungi murobbi duluan, sulit rasa nya hati ini terpanggil,,

Terus terang ana rindu diawal-awal mentoring dulu, kita dimanja dan siperhatiin sama murobbi kita, amanah dakwah ini pun terjalan kan dengan baik,

Sekarang dengan banyak nya godaan, ditambah sosok murobbi semakin menghilang maka tak heran amanah-amanah dakwah itu terasa berat...

Jangan salah kan siapa-siapa murobbi kita juga manusia yang memiliki sejuta amanah untuk perbaikan ummat ini,,

Tulisan ini ana peruntukkan untuk semua yang merasa diri nya murobbi..

Assalamu’alikum wrwb...